Site icon berkeleymecha.org

Kurikulum Pelajaran Untuk Anak Difabel

Pengajaran bagi buah hati penyandang autis tak sama dengan buah hati awam. Kurikulum pengajaran yang disiapkan biasanya betul-betul individual.

Data yang dimiliki Departemen Pengajaran Nasional menceritakan, penyandang autis yang mencontoh pengajaran layanan khusus rupanya masuk lima besar dari segala peserta sekolah khusus.

Jumlah terbesar merupakan penyandang tuna grahita (keterbatasan intelektual) berat dan ringan sebanyak 38.545 peserta, tuna rungu 19.199 peserta. Ditiru kemudian penyandang tuna netra 3.218 peserta, tuna daksa 1.920 peserta dan autis sebanyak 1.752 peserta.

Seluruh hal yang berkaitan dengan pelajaran untuk buah hati-buah hati autis berhaluan pada Badan Standar Nasional Pengajaran (BSNP). Tetapi semacam itu, Eko mengatakan, Diknas memberikan kebebasan terhadap masing-masing sekolah untuk menetapkan kurikulum bagi penyandang autis. Ini disebabkan tiap-tiap sekolah mempunyai keperluan yang berbeda dalam mengajar penyandang autis.

Penentuan kurikulum yang ideal bagi tiap-tiap-tiap-tiap buah hati, Dini Yusuf, pendiri homeschool untuk buah hati autis “Kubis” di Jakarta mengatakan, bertumpu dari assessment (pengukuran) permulaan yang dijalankan tiap-tiap sekolah. Pengukuran ini perlu dijalankan sebelum sekolah mendapatkan buah hati autis baru. Umumnya, pengukuran lewat wawancara kepada kedua bapak dan ibunya. Wawancara ini untuk mengenal latar belakang, hambatan, dan keadaan lingkungan sosial buah hati.

Kecuali itu, penilain permulaan ini juga lewat amati segera kepada buah hati. Lamanya pengukuran permulaan ini, berdasarkan Dini,berbeda-beda.”Tapi, dari sana, kami lalu menetapkan macam terapi dan juga kurikulum yang ideal buat sang buah hati,” ujarnya. Umumnya, terapi ini akan digabungkan dengan bermain supaya lebih menyenangkan bagi buah hati autis.

 

 

Exit mobile version